Selasa, Oktober 02, 2012

MENJADIKAN PEKERJAAN BERNILAI IBADAH

Oleh Eko Jalu Santoso, weblog: www.ekojalusantoso.com

Seringkali manusia membuat dikotomi atau pemisahan antara urusan kehidupan duniawi dan urusan kehidupan akhirat. Mereka memisahkan antara kesuksesan dalam pekerjaan, bisnis dengan kesuksesan kerohanian untuk urusan akhirat. Akibatnya terjadilah pemisahan kepentingan yang seringkali hanya menomorsatukan kesuksesan pekerjaan untuk keberhasilan dunia kemudian menomor duakan urusan kesuksesan ukhrawi atau akhirat.

Hidup tidak bisa dipisahkan dari kehidupan gerak pekerjaan, bisnis dan urusan duniawi dengan kepentingan spiritualitas dan kerohanian. Bagaimana mungkin, karena hidup hanya melakukan pekerjaan dan bisnis hingga meriah kesuksesan dan prestasi duniawi, tanpa diimbangi kesuksesan spiritualitas adalah kehampaan. Demikian sebaliknya hidup dengan spiritualitas tinggi tanpa diimbangi dengan kesuksesan kerja atau bisnis adalah kehampaan. Keduanya haruslah berjalan seimbang dan bersinergi dalam mengisi setiap langkah kehidupan.

Kita meyakini hidup tanpa bekerja, berkarya atau berbinis adalah hampa. Namun persoalannya kemudian adalah bagaimana agar pekerjaan itu memiliki nilai bermakna tinggi ?. Bagaimana persyaratannya agar pekerjaan kita memiliki nilai ibadah ?.

Manusia adalah makhluk spiritual dan makhluk fisik di dunia ini. Sebagai makhluk fisik manusia tidak bisa lepas dari kehidupan sosial. Dengan demikian ibadah kepada Allah tidak dibatasi makna ibadah hanya ritual secara spiritual semata. Tapi lebih dari itu, semua pekerjaan keduniawian bisa memiliki arti ibadah. Artinya, dalam bekerja, berkarya, berbisnis bukan hanya materi yang bisa kita dapatkan, tetapi juga ridha dan pahala dari Allah SWT.

Pegawai yang bekerja di kantor, pedagang yang berkerja di pasar, petani yang bekerja di tanah pertanian, pengusaha yang berbisnis, pejabat pemerintahan, nelayan, semua pekerjaan bisa bernilai ibadah. Apakah kita sebagai pegawai biasa, manager, direktur, pejabat tinggi atau bahkan hanya seorang pembantu, semua posisi pekerjaan itu bisa bernilai ibadah. Tentu saja ada syarat-syaratnya agar pekerjaan yang dilakukan dapat memberikan nilai sebagai bagian dari ibadah. Bagaimana syarat-syaratnya ?

1. Tidak Melanggar Syariat Allah. Berusahalah memilih pekerjaan yang tidak melanggar aturan-aturan Allah. Dengarkan suara hati terdalam dalam memilih bidang pekerjaan, karena suara hati sesungguhnya percikan dari sifat-sifat mulia Allah.. Mereka yang memilih pekerjaan berdasarkan suara hatinya, tidak akan terjerumus dalam pekerjaan yang tidak halal dan diharamkan oleh agama.

2. Dilandasi Niat Kebaikan dan Keikhlasan. Berusahalah menjalankan pekerjaan hanya dilandasi oleh niat kebaikan dan keikhlasan hati. Pekerjaan yang dilandasi niat kebaikan dan keikhlasan hati, akan dapat mencegah seseorang melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai spiritualitas kebenaran, seperti transaksi dengan cara-cara yang tidak dibenarkan, menipu, merugikan orang lain, menjual narkoba, dll.

3. Menafkahi Keluarga. Bekerja dengan niat memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga. Bahkan bekerja juga untuk memakmurkan bumi sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. Dengan demikian, jangan berniat bekerja untuk menumpuk harta, riya', bermegah-megahan, atau sekedar ingin dihormati orang lain.

4. Tidak melailaikan Ibadah Kepada Allah. Rutinitas dan kesibukan dalam pekerjaan atau bisnis, jangan sampai membuat kita lalai dan meninggalkan ibadah ritual kepada Allah. Artinya kita dapat menyeimbangkan antara kepentingan pekerjaan dengan kepentingan spiritualitas ibadah kepada Allah.

5. Mengamalkan ilmu. Berusahalah bekerja untuk mengamalkan ilmu yang kita miliki agar memberikan manfaat kepada banyak orang. Mengamalkan ilmu adalah melepaskan energi kebaikan kepada orang lain. Berusahalah membagikan ilmu yang kita miliki agar memberikan banyak manfaat bagi kehidupan dan alam semesta.

6. Bekerja dengan profesional. Artinya melakukan pekerjaan yang dilandasi ilmu pengetahuan dan dilakukan dengan cara-cara yang cermat dan cerdas, yang dibenarkan sesuai nilai-nilai spiritualitas kebenaran. Kalau hal itu menuntut diri kita untuk mengembangkan diri dalam sikap dan perilaku, maka lakukanlah. Kalau diperlukan peningkatan ilmu dengan tambahan pendidikan atau kurus, jalankanlah.

Beberapa hal diatas mungkin dapat menjadi bahan renungan mendalam bagi kita semua, agar senantiasa berusaha menjadikan setiap pekerjaan memiliki nilai ibadah, memberi keuntungan materi dunia, dan untuk kepentingan akhirat. Ukuran paling sederhana adalah kesucian niat dan keikhlasan melakukan pekerjaan, bertanggung jawab, senang berbagi kebaikan, menolong orang lain dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai spiritualitas kebenaran yang abadi. Salam Motivasi Nurani Indonesia.

***Eko Jalu Santoso adalah Founder Motivasi Indonesia dan Penulis Buku "The Art Of Life Revolution" dsan Buku "Heart Revolution: Revolusi Hati Nurani", Keduanya diterbitkan Elex Media Komputindo.

========

0 komentar:

Posting Komentar