Tampilkan postingan dengan label Motivasi Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi Indonesia. Tampilkan semua postingan

Jumat, September 05, 2014

KISAH SUATU PAGI...

 


KISAH SUATU PAGI…

Pagi itu ketika bangun tidur
Saya dikagetkan oleh sesosok bangkai yang penuh darah di karpet Indah di ruang keluarga rumahku
Sesosok bangkai tikus yang penuh darah dengan perut teruburai, terbujur di pojokkan karpet mengotori pagi hariku
Maka pagi itu dengan menggerutu aku buang bangkai itu dengan penuh amarah, tambah marah ketika tahu bahwa ada seekor kucing di depan pintu yang mengotori terasku dengan kakinya yang penuh darah… sehingga dengan penuh amarah aku lempar dengan sandal yang terdekat dengan tempatku berdiri…
Lalu perasaan bad mood it terbawa terus di jalan waktu menyetir mobil sehingga karena tidak terlalu "konsen" sampai menyenggol sepeda motor… sehingga menyisakan baret yang cukup dalam di bemper mobilku…
Sehingga di kantor-pun jadi tidak mood kerja – hingga dimarahi bos – hingga kerja seharian dengan pikiran tidak enak
hingga sore ketika pulang kerja…merasakan betapa menyedihkannya hari itu… bahkan bertambah emosi ketika menyadari karpet yang di ruang keluarga yang tadinya Indah sekarang menjadi kotor luar biasa dengan adanya darah tikus yang sudah mengering… lebih sulit untuk dibersihkan… sehingga malam itu semua tinggal menjadi penyesalan karena betapa banyak kerugian yang terjadi gara-gara seekor tikus…
BANDINGKAN DENGAN YANG INI…
Pagi itu ketika bangun tidur
Saya dikagetkan oleh sesosok bangkai yang penuh darah di karpet Indah di ruang keluarga rumahku
Sesosok bangkai tikus yang penuh darah dengan perut teruburai, terbujur di pojokkan karpet mengotori pagi hariku
Maka pagi itu dengan menggerutu aku buang bangkai itu dengan penuh amarah, ketika tahu keluar rumah baru sadar bahwa ada seekor kucing di depan pintu yang mengotori terasku dengan kakinya yang penuh darah… lalu aku MENYADARI… seekor kucing sudah menjalankan tugasnya menjaga rumahku…
Seekor tikus pengganggu telah berhasil dienyahkan dari rumahku.
Setelah selesai membuang bangkai tikus, aku bersihkan kaki kucing itu dengan siraman air dan sedikit menggosok sembari berbisik … TERIMAKASIH… aku BERSYUKUR ada kucing di rumahku…
Lalu setelah itu kubersihkan juga darah di karpet sebelum mengering… juga teras aku pel bersih…
Lalu berangkat kerja dengan satu pikiran nyaman … nanti malam tidak ada lagi gangguan tikus yang sering mengganggu tidurku dengan tingkahnya di atas atap rumahku….

Dan hari itu berjalan lebih nyaman dan Indah…

"ANDA memang tidak bisa mengubah apa yang akan anda hadapi tapi anda bisa mengubah bagaimana anda menghadapainya, dan itu menentukan apa yang akan ANDA peroleh di masa yang akan datang"

Terapi HATI
FB: hypnolangsing1@gmail.com

Selasa, September 02, 2014

Tugas Yang Belum Tuntas

 

L#20: Tugas Yang Belum Tuntas

Hore!
Hari Baru, Teman-teman.

Biasa. Jika kita tidak bisa menyelesaikan tugas pada saat yang bersamaan. Keterbatasan waktu kadang memaksa kita untuk mendahulukan sesuatu, dan menunda hal lainnya. Bergantung prioritasnya saja. Atau bergantung juga dengan urutan pekerjaan yang mesti dilakukan. Pengambilan keputusan penting, misalnya. Jadi, selalu menempati urutan pertama. Sebab, dari keputusan yang kita buat itu; kita dan anak buah jadi faham, hal-hal apa saja yang harus dilakukan. Dari keputusan yang kita ambil itu; lahirlah konsekuensi berupa tugas-tugas yang harus diselesaikan sesuai isi keputusan yang sudah dibuat. What next would be? Ya, menuntaskannya dong. Artinya, setelah mengambil dan mengumumkan keputusan itu; tugas kita belum selesai. Lanjutkan!

Masih belajar kepemimpinan dari pidato Presiden RI tentang penyelesaian konflik KPK dan Polri kemarin. Keputusan pada point ke-3 berbunyi: "Penarikan Penyidik Polri akan diatur lagi mekanismenya supaya tidak terjadi tarik menarik tanpa kordinasi." Di kantor, kita juga sering membuat keputusan serupa. Misalnya sebagai manager atau direktur, didalam rapat Anda mengatakan; "Baiklah, saya akan menindaklanjuti usulan Anda…." Keputusan ini merupakan salah satu contoh pekerjaan yang belum selesai. Artinya, harus ada tindak lanjut yang nyata. Jika tidak, maka pidato atau pernyataan kita akan kehilangan makna. Orang tidak mau percaya lagi pada kata-kata kita. Kredibilitas kita pun dipertaruhkan. Dan kita, hanya menjadi pemimpin Omdo. Sebaliknya, jika kita benar-benar menindaklanjuti pernyataan kita; maka orang akan semakin respek pada kita. Dan nilai kepemimpinan kita akan menjadi semakin tinggi. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar cara menindaklanjuti keputusan tugas yang belum tuntas, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:

1.      Tentukan time line. Kata 'akan', bisa menyesatkan. Saya akan mandi. Kapan? Ya, nanti. Ya kapan? Emboh! Menunda pelaksanakan suatu keputusan penting bisa menimbulkan masalah lain karena kelambanan tindaklanjutnya. Hal ini bisa diatasi dengan 'time line'. Jadwal yang jelas, mengenai tenggat waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Bung Karno dalam naskah proklamasinya mengatakan;"Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja."Presiden Soekarno memahami benar tentang sense of urgency. Dalam keadaan serba darurat sekalipun beliau menekankan betapa pentingnya mengerjakan tugas dalam tempo jang sisngkat-singkatnja. Anak buah di kantor kita, tidak bisa bekerja secara optimal; jika kita tidak mempunyai time line. Maka, setelah (lebih baik lagi sebelum) pidato dan pengarahan itu; kita mesti punya time line yang jelas. Sudahkah Anda punya time line untuk tugas-tugas penting? Tentukan sekarang; kapan diselesaikannya.

2.      Waktu berjalan tanpa terasa. Apakah Anda ingat; tanggal berapa sekarang? "Hah?!? Sudah tanggal segini lagi? Nggak kerasa ya?" begitulah kita sering mengatakan. Dan begitulah waktu. Dia, tidak mau menunggu. Tidak peduli jabatan Anda setinggi apa. Jika Anda tidak sigap, maka Anda akan ditinggalkan oleh waktu. Maka belajarlah untuk menghargai waktu. Karena sekaya apapun Anda, tidak akan pernah mampu membeli waktu. Tapi jangan khawatir juga. Karena Anda mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan apapun yang semestinya Anda lakukan. Tahukah Anda kenapa? Karena waktu itu adil kepada semua orang. Diberinya kesempatan yang sama meski tak seorang pun membayar royalty kepadanya. 24 jam sehari. 7 hari seminggu. 60 detik per menit. Sama. Untuk siapa saja. Bedanya, ada orang yang menghargainya. Dan ada orang yang menyia-nyiakannya.

3.      Waspadai para pencuri waktu. Anda bisa mengadu kepada polisi jika ada yang mencuri uang, hape, atau harta benda Anda. Tapi, apa yang bisa Anda lakukan kepada para pencuri waktu? Lihatlah kondisi di kantor Anda. Jam 8 pagi. Apakah semua orang sudah hadir di kubikalnya masing-masing? Tepat dijam mulainya rapat, apakah semua manager dan direktur sudah hadir ruang meeting? Biasanya, ruang meeting berubah menjadi kebun karet. Apa lagi jika Anda sendiri pun melakukan hal yang sama. Maka pekerjaan yang belum selesai itu makin terbengkalai. Mulailah dari diri Anda sendiri untuk menghargai waktu. Tepati waktu perjanjian sebisa mungkin. Jika meleset, beritahu kolega Anda bahwa Anda akan terlambat. Sehingga mereka bisa merencanakan ulang jadwal mereka. Mungkin mengerjakan hal penting lain terlebih dahulu, karena tahu Anda baru akan datang 10 atau 15 menit lagi. Jika orang lain yang mencuri waktu Anda, maka kerjakanlah hal urgent lain selagi menunggu. Atau kalau peserta rapat lain sudah pada hadir, mulai saja rapatnya tanpa harus menunggu hadirnya para pencuri waktu. Tinggalkan saja mereka.

4.      Waspadai aktivitas yang membuang waktu. Kita kesal jika orang lain membuang-buang waktu kita. Lalu, bagaimana cara kita menggunakan waktu kita sendiri? Jujur sajalah. Adakah aktivitas yang membuang waktu percuma? Mungkin ada. Mungkin tidak. Tapi. Di kantor, pernah kejadian team member saya main games computer di jam kerja. Di ruang rapat, manager dan direktur juga main game. Oh, menyedihkan sekali. Lalu saya menentukan; "Team member saya boleh main game. Tapi tidak di jam kerja. Titik." Semua setuju. Tapi suatu ketika seorang sahabat saya asyik sekali bermain game di jam kerja. Saking asyiknya, dia tidak sadar jika saya sudah berdiri lama dibelakangnya. Akibatnya? Hmmh… silakan kira-kira sendiri saja. Zaman sekarang, game computer sudah usang. Karena aktivitas adiktif itu sudah berpindah ke hand phone dan blackberry kita. Ironis sekali ketika para manager dan direktur mengatakan sangat sibuk sehingga tidak punya banyak waktu. Tetapi sepanjang hari, jemari tangan mereka menari dikeypad blackberry; nyaris tanpa henti. "Oh, ini pekerjaan. Bukan hal sia-sia." Saya gembira punya sahabat yang selalu ceria menjalani hari-hari kerjanya. Buktinya. Mereka suka senyum-senyum sendiri ketika mengerjakan tugas-tugasnya di layar blackberry kesayangannya. Semoga saja, tugas penting tidak tertunda.

5.      Lakukan tugas tertunda itu sekarang juga. Hanya ada satu orang di muka bumi ini yang bisa menyelesaikan tugas dalam sekejap mata. Dia adalah Superman. Sang superhero terkenal itu. Di dunia nyata? Tidak ada. Termasuk pesulap ulung sekalipun. Itulah sebabnya, manusia normal seperti kita sering keringetan dengan dead line. Mari perhatikan lagi. Mengapa kita sering stress menjelang deadline? Betul. Karena pekerjaan kita sangat banyak, sedangkan waktu yang ada sangat terbatas. Mengapa pekerjaan kita begitu banyak justru menjelang deadline? Mari perhatikan sekali lagi. Bukankah kebanyakan tumpukan pekerjaan itu terjadi karena kita menunda beberapa pekerjaan yang sebenarnya bisa diselesaikan beberapa hari yang lalu? Tidak semua. Tapi banyak yang begitu. Boleh jadi, tumpukan pekerjaan tidak akan sebanyak itu. Jika kita terbiasa mengerjakan tugas-tugas penting dengan pola pikir 'melakukannya sekarang juga'.

Semakin tinggi amanah yang kita emban, semakin besar pertanggungjawabannya. Padahal, jumlah waktu kita sedetik pun tidak bertambah. Oleh karenanya, kita perlu berlatih memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Bahkan sekalipun kita belum menduduki posisi yang tinggi; kita mesti belajar sejak dini. Agar kelak, ketika perusahaan mempercayakan tugas-tugas dan tanggungjawab yang lebih besar; kita sudah terbiasa mengelola pekerjaan sesuai dengan urgency dan importancynya. Jika bisa melakukan itu, maka kenaikan jabatan; tidak akan menaikkan tekanan darah kita. Dan penambahan beban pekerjaan, tidak akan menambah stress karena dikejar-kejar deadline. "Demi waktu," begitu sabda Allah. "Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian," lanjutNya. "Kecuali orang yang percaya. Dan mengerjakan kebaikan." Jadi, sesuai firman Tuhan; jika tidak ingin rugi, maka kita harus memastikan hanya mengerjakan hal-hal yang positif, dan produktif dalam hari-hari dan jam kerja yang kita jalani. Selamat berkarya.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman 10 Oktober 2012
Leadership and Personnel Development Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

Minggu, Agustus 31, 2014

Serahkan atau Rebut?

 

Serahkan atau Rebut?
Oleh : MTA

Permainan ini merupakan permainan "serah-rebut" POWER (kuasa). Terjadi pada setiap orang, hanya saja hanya segelintir orang yg sadar.

Aturannya spt ini....Jika kita mencari kambing hitam, menyalahkan keadaan, masa lalu, orang, dsb. Lalu menganggap diri kita hanya victim alias korban keadaan, korban masa lalu..., maka yg terjadi sebenarnya adalah : kita memindahkan POWER dari diri kita, lalu menyerahkannya kepada kekuatan eksternal. (disempowering ourself)

Biasanya selalu ada kemungkinan 'korban2' ini kemudian akan mendapatkan simpati, karena ia dan sekitar menempatkan dirinya sebagai korban.

Aku dipecat gara2 bossku.
Aku narkoba karena papa-mama berantem terus.
Aku miskin karena memang dari keluarga melarat.
Aku bodoh karena selalu tidak ada yang mengajariku.
Aku gagal meraih target penjualan karena dicurangi.
....

Konsekuensinya adalah kita akan tetap lemah dan selamanya berstatus korban keadaan, sampai tua, sampai kapanpun!

NAMUN permainan akan sama sekali berbeda jika..kita memutuskan untuk mengambil tanggung jawab atas apapun yang terjadi pada diri kita saat ini, tanpa memerlukan kambing hitam seekorpun!

Sepintas lalu memang terkesan tak adil.

Siapa yang menghendaki lahir di keluarga broken home?
Siapa yang mau punya ayah ibu yang melarat?
Siapa yang sudi punya boss atau atasan kejam seperti itu?
Siapa sih yang ingin cacat?
Siapa yang senang putus sekolah karena biaya?
Dsb

Namun begitu, jika kita "memilih" berdiri disudut yang benar dengan prinsip : segalanya terjadi karena suatu maksud baik.

Maka seluruh POWER akan kita rebut. Konsekuensinya...kita akan bangkit, mengalahkan keadaan, melangkahi keterbatasan dan menciptakan kemenangan-kemenangan.

Bagaimana?
Serahkan..? atau rebut..?

Aturannya jelas : Siapa yang mempunyai, kepadanya akan DITAMBAHKAN (power), tetapi siapa yang tidak mempunyai...apapun juga (power) akan DIAMBIL dari padanya.
(#)
#
You are the only you God made,
God made you and broke the mold.

Made Teddy Artiana, S. Kom.
__,_._,___

Jumat, Agustus 29, 2014

Dedikasi

 

Natin #53: Dedikasi

Gawat.
Sama sekali nggak ada yang nyangka kalau urusannya bisa jadi ribet kayak gitu. Selama seminggu terakhir ini terjadi perdebatan yang seru banget. Mungkin lebih cocok kalau di bilang heboh banget. Atau, bisa juga dibilang rusuh banget. Nggak sampai terjadi kerusuhan sih emang. Tapi, kayaknya itu bisa jadi urusan yang serius banget. Soalnya, sekarang beberapa manager sudah ikut campur segala.


Nggak tahu persis gimana awalnya. Ujuk-ujuk pada ribut gitu aja. Padahal, sejak pertama terjadi polemik itu minggu yang lalu kan urusannya langsung selesai. Emang sih, awalnya semua orang di kubikal juga pada heboh. Gara-gara Natin bilang di menu hari ininya kalau: " Karyawan itu nggak perlu loyal kepada perusahaan. Berikan saja dedikasimu yang tertinggi." Gimana nggak bikin heboh coba. Kalau selama ini para boss di perusahaan manapun selalu berpidato untuk meminta semua karyawannya pada loyal. Eh, Natin malah ngomong yang sebaliknya.

Sebelum adanya pernyataan itu, boleh dibilang setiap nasihat Natin selalu langsung dipahami oleh orang-orang. Yaaaa... kalaupun ada yang loading lama tapi kan ujung-ujungnya bisa ngerti juga. Tapi. Pernyataan yang satu itu kayaknya bakal jadi urusan serius. Sebenarnya kalau buat orang kubikal nggak jadi masalah. Terutam setelah dijelaskan maksudnya oleh Jeanice. Semuanya klir, dan bisa dimengerti. Tapi. Justru karena penjelasannya itulah akhirnya Jeanice jadi kebawa-bawa. Kayaknya dia bakal dapat masalah besar.

Kalau buat orang-orang di kubikal, penjelasan Jeanice itu justru sangat membantu untuk memahami pernyataan Natin yang kali ini seperti sabda para wali. Nggak sembarangan orang bisa mengerti. Makanya, waktu Jeanice membeberkan maknanya semua orang manggut-manggut. Yang menjadikannya masalah justru dikalangan para manager. Mereka tetap tidak setuju dengan pernyataan Natin. Katanya, Natin sudah berbuat makar. Ingin merusak kesetabilan persusahaan dari dalam. Dan Jeanice, dituduh menjadi kaki tangan Natin.

Para Manager menganggap Natin telah merusak nilai-nilai yang selama ini mereka tanamkan dihati para karyawan. Supaya mereka menjadi pekerja yang loyal pada perusahaan. Sia-sia deh usaha mereka gara-gara satu kalimat yang dituliskan oleh office boy di white board kesayangannya yang digantung di pantry itu.
"Mestinya office boy itu sudah sejak dulu dipecat dari perusahaan ini!" begitu teriak salah seorang Manager yang sudah senior. Nggak usah disebutin namanya ya soalnya bisa dosa kalau ngomongin orang. Lagian juga, kalau sampai beliau tahu namanya disebut-sebut, wah bisa berabe. Urusannya bisa panjang, Brow.
"Dia itu tidak tahu diri," tambahnya lagi. "Office boy kok gayanya seperti orang pinter saja!" beliau menyerocos lagi. "Keminter itu namanya."
"Tapi gimana caranya mecat si Natin, Mas?" tanya Manager lainnya. "Dia kan deket banget sama Pak Presiden Direktur...." tambahnya.
'"Itulah masalahnya," Jawab Beliau Senior Manager lagi. "Boss kamu itu kelakuannya ya nganeh-nganehi aja...." ketusnya.
"Ya... beliau kan bossnya Kang Mas juga toh..." jawab Manager satunya lagi.
"Ya... itulah. Aku jadi sampai malu hati punya boss kayak gitu!" Pak Senior Manager kembali menyungut.
"Kayak gitu gimana toh Mas?" kata Manager yang lainnya lagi. Pokoknya sudah kayak konferensi tingkat tinggi gitu lah. Padahal, sebelumnya nggak pernah deh kayaknya para Manager itu berkumpul sebanyak itu. Biasanya, kalau diundang rapat itu lha kok adaaaaa saja alasan para manager buat nggak hadir. Sedang visitlah. Sedang ketemu pelangganlah. Sedang ada tugas urgenlah. Susah banget buat ngumpulin mereka.
Emang sih. Kadang datang juga banyak manager. Tapi mereka itu ya kalau rapat pada bawa laptop. Kirain sibuk ngerjain apaaa gitu sambil rapat. Eh, tahunya mereka cuman main game sama browsing. Gimana mau ngerti topik rapat coba.

Pak Presiden Direktur marah banget waktu memergoki kelakuan mereka itu. Lha, terus keluar deh fatwa kalau setiap rapat manager nggak boleh bawa laptop. Pantaslah. Mereka dihukum karena kelakuannya sendiri. Semua materi presentasi mesti dikirim ke corporate secretary sehari sebelum rapat. Habis itu, cuman ada satu laptop panitia yang aktif. Rasain deh.

Cuman ya itulah. Kalau dasarnya udah mental kayak gitu yang susah juga dirubahnya. Mereka nggak bawa laptop emang. Tapi mereka juga nggak kalah ngakali. Sekarang mereka pada bawa blackberry. Setiap kali rapat, mereka sibuk sendiri mainin blackberry. Hanya kalau Pak Presiden Direktur ada di ruangan rapat aja mereka nggak pegang blackberry. Kalau beliau tidak ada, ya udah deh. Ruang rapat cuman jadi arena pamer baru-baruan gajet. Mungkin mereka bakal nyadar kalau Pak Presiden Direktur melarang bawa blackberry ke ruang rapat kali ya.

Tapi ajaib juga loh. Dalam rapat ngomongin soal Natin itu mereka kompak sekali. Fokus pada topik rapatnya. Nggak ada sama sekali yang ketawa-ketawa sendiri ngeliatin LCD blackberry. Mereka intens banget membahas soal itu. Mereka bilang kalau si Natin itu merupakan bahaya laten kumpeni. Maksudnya berbahanya buat kelangsungan hidup perusahaan. Jadi harus diwaspadai. Dan harus dibersihkan hingga ke akar-akarnya. Keluarganya tidak boleh diterima kerja disitu selama tujuh turunan.
"Maksud pertanyaan kamu itu apa toh?" Beliau Senior Manager balik menghardik.
"Itu lho Mas, tadi mas bilang malu hati punya boss kayak gitu. Lha, maksudnya 'gitu' itu gimana toh?" kata manager yang tadi tanya itu.
"Hloh! Kok masih tanya gitu loh, kamu itu!" hardik beliau. "Ya boss kamu itu...."
"Boss kita Mas..." Manager lainnya memotong kalimat beliau.
"Yoooo, karepmu sajalah. Bossmu, bossku, boss kita ya sama saja toh!?" balas beliau Senior Manager. Tampaknya beliau tidak senang kata-katanya dipotong seperti itu.
Semua manager disitu saling melirik lalu senyum-senyum sambil manggut-manggut. Pastinya sambil ngomong didalam hatinya masing-masing '….kalau nggak diangkat jadi direktur ya jangan mutung kayak gitu toh...'.
"Yo wis, sampai dimana tadi rapat kita?" Kata beliau Senior Manager.
"Kelakuan boss kita kayak gitu, itu lho Mas...." kata para Manager seperti sedang nyanyi di konser vocal group anak teka. "Maksud Kang Mas itu gimana, gitu loh…."
"Ya gitu bossmu itu," jawab beliau.
Para manager lainnya meletakkan telapak tangan di jidatnya masing-masing. Cape deh.
"Halah. Kalian ini kayak yang nggak ngerti aja!" kata Beliau Senior Manager. "Ya nggak usah diomongin toh. Kalian kan sudah pada tahu semua!"
"Kami belum tahu maksud Kang Mas," jawan para manager lainnya.
"Hloh. Gimana toh? Kok Manager pada nggak ngerti gitu lho." Kesal beliau. "Hmaksudku," suara nafas beliau memburu tanda kesal sekali. "Presidden Direketurmu itu kok lebih mendengarkan office boy dari pada kita. Hla, kita ini kan para pejabat tinggi? Gitu lho, ngerti nggak?!"
"Oooooooooooooooo.... gitu maksudnya" paduan suara itu kembali bernyanyi.
Suara ribut-ribut para manager itu menggema di seantero kubikal. Sehingga hanya orang yang tuli yang tidak bisa mendengarnya. Karenanya, orang-orang kubikal pada terperanjat. Lalu menghentikan semua aktivitas yang sedang mereka kerjakan. Kemudian mereka semuanya mengendap-endap mendekatinya. Setelah itu, mereka menempelkan telinganya masing-masing didinding ruang meeting.
"Kalian ngapain sih?" Jeanice yang sedari tadi menyaksikan keanehan itu tidak kuasa membiarkan teman-temannya melakukan tindakan seperti itu. "Nggak boleh nguping orang yang lagi meeting, tauk!" katanya. "Hayoh, bubar sana."
"Masalahnya makin serius, Jean…" kata teman-temannya.
"Halaaah, udahlah nggak usah dibesar-besarin. Mendingan kita kerja yang bagus yuk…" jawab Jeanice.

"Mana bisa kerja tenang kalau terancam dipecat gini, Jean…" protes orang-orang di kubikal.
"Yang disuruh dipecat itu Natin, bukan elo pade. Makanya elo tenang aja. Kembali kerja, gih…" Jeanice tidak henti-hentinya membujuk mereka.
Tapi percuma aja. Mereka nggak mau nurut. Apa lagi tahu kalau Beliau Senior Manager dan para Manager itu sedang membahas usulan pemecatan Natin. Mereka nggak rela kalau Natin dipecat.
"Gue bakal ngundurin diri!" Teriak Opri. "Kalau sampai Natin dipecat dari sini." Tangannya mengepal keatas. "Siapa mau ikut?!" Matanya menatap tajam teman-temannya. Pekiknya membuat merinding siapapun yang mendengarnya.
Untuk sesaat. Teman-temannya cuman bisa melongo. Nggak ada yang memberikan respon apapun. Nggak ada yang mengangkat tangan untuk ikut keputusan Opri.
"Nggak usah emosional gitu dong Pri…" kata Jeanice. "Sabar dulu. Sabar…"
"Nggak bisa sabar lagi kalau urusan ginian!" Opri balik menghardik. "Kalau elo pade nggak mau ikut keluar. Gue keluar sendiri. Tapi inget, ya!" Kali ini mata Opri memelototi semua orang kubikal satu persatu.
"Elo! Elo! Elo. Dan Elo!" katanya.
Semua orang kubikal pada merinding.
"Mesti ingat." Kata Opri lagi. "Siapa yang selama ini membuat elo pade merasa menjadi pegawai kecil yang dihargai?" dia berhenti sebentar. "Siapa yang membuat elo merasa bangga dengan pekerjaan elo?" sambungnya. "Siapa yang membuat elo selalu bersemangat? Siapa yang membuat elo tabah meskipun lagi diomelin atasan elo?" Pelototnya setajam ujung pensil yang baru diserut. "Si Natin, tauk!"
Orang-orang kubikal seperti dihipnotis. Pada diam selama beberapa detik. Kemudian, satu demi satu mereka mengangkat tangan…"Gue ikut…" kata mereka. "Kalau Natin di pecat gue bakal keluar juga."
Beberapa detik kemudian, seluruh ruang kubikal seperti sedang dipenuhi oleh tiang bendera. Semua jari mengacung keatas pertanda semua orang setuju untuk ikut keluar.
"Heh, kalian lagi ngapain disini? Berisik saja. Apa kalian tidak tahu kalau boss sedang rapat, eh?!" Beliau Senior Manager keluar dari ruang meeting.
"Maaf Pak, mereka…." Jeanice tidak bisa meneruskan kalimatnya.
"Kamu!? Anak kemarin sore yang sok jadi supervisor." Dia berhenti karena dibentak Beliau Senior Manager. "Kamu itu biangnya. Mestinya kamu dipecat juga, ya!" tambah beliau.
"Kenapa Jeanice mesti dipecat, Om?" tantang Opri.
"Heleehhh… kamu lagi. Siapa kamu, heh. Am Om Am Om. Memangnya kamu itu keponakan saya, hah?" Kelihatannya Opri mempunyai pesaing kuat untuk main pelotot-pelototan.
"Supervisor sotoy kamu itu belum ngerti apa-apa soal kepemimpinan," hardik beliau sambil menunjuk-nunjuk muka Jeanice. "Masih ingusan gini aja kok berani-beraninya mengatakan kalau loyalitas itu tidak perlu. Memangnya kamu……"
"Yang bilang gitu bukan Jeanice Om, eh Pak. Tapi Natin." Balas Opri. Tinggal dipakein sarung tinju, kayaknya kejadian deh yang seru-seru diantara dua jagoan itu.
"Saya tahu itu. Nggak usah sok ngajarin boss ya. Tapi si supervisor ingusan ini malah turut mengaminkannya." Balas beliau. "Mestinya kamu itu," Beliau Senior Manager berbalik memelototi Jeanice yang mukanya sudah merah padam. Mungkin sebentar lagi dia akan menangis.
"Mestinya kamu itu menjaga anak buah kamu. Menyuruh mereka supaya loyal pada perusahaan…" telunjuk Beliau Senior Manager sudah tinggal setengah senti lagi dari hidung Jeanice. "Mengerti kamu?"
"Kalau kepengen marah sama saya aja Om, eh Pak…" Opri melangkah.
"Heh kamu ya ing…." Pelotot Beliau Senior Manager hampir membuat matanya keluar. Telunjuknya sudah diujung langit. Semua orang sudah hampir yakin kalau bakal terjadi makian sengit. Tapi. Para penonton harus menaggung rasa kecewa.
Kecewa sekali para penonton.
Karena Beliau Senior Manager tidak jadi menumpahkan amarahnya. Bukannya marah. Wajah beliau malah berubah ramah. Dan suara beliau menjadi merdu laksana bidadari yang pandai bernyanyi…"Eh..emh… B-Bapak Presiden Direktur… heheh… S-selamat siang Pak…." Katanya.
Ada kali satu per sejuta detik lamanya orang-orang kubikal dan para Manager terpukau. Sebelum akhirnya mereka sadar bahwa Pak Presiden Direktur sudah berada di belakang mereka.
Canggih juga ya Beliau Senior Manager itu. Hanya beliau sendiri lho yang menyadari kehadiran Pak Presiden Direktur.
"Ada apa ini, kok ribut-ribut begini?" Kata Pak Presiden Direktur dengan penuh wibawa.
"Ooh…anu tidddak kok Pak, tidak ada keributan apa-apa." Jawab Beliau Senior Manager. "Kami… hanya sedang anu.. emh diskusi dengan seluruh staff di kantor…" lanjutnya. "Biasa Pak. Untuk koordinasi biar bisnis kita semakin ba…."
"Bisnis kita bisa semakin baik kalau kita semua bekerja dengan baik, Pak Senior Manager." Potong Pak Presiden Direktur.
"Ohoh.. ihiyya Pak. Betul sekali petunjuk Bapak itu…." Jawab Beliau Senior Manager.
"Lha, kalau begitu kenapa semua bukan pada bekerja?" Tegas Pak Presiden Direktur. "Kok malah bergerombol tidak karuan begini?"
"Anu Pak.. kami sedang rapat koordinasi tentang…" Beliau Senior Manager belum sempat menyelesaikan kata-katanya.
"Tentang pemecatan Natin Pak," Opri keburu menyalipnya.
"Oh b-buuuuukan Pak, bukan itu kok…." Beliau Senior Manager seperti diserang oleh demam malaria dicampur diare berat.
"Yayaya…" kata Pak Presiden Direktur. "Saya tahu apa yang kalian maksud,"  lanjutnya. "Ini soal loyalitas itu kan?. Kalian meributkan nasihat Natin soal loyalitas itu, kan?."
"Hloh, kok Bapak tahu toh Pak?" Beliau Senior Manager terperanjat.
"Nah, mumpung kalian semua sedang pada kumpul disini. Biar saya perjelas." Kata Pak Presiden Direktur. Kemudian menjelaskan banyak hal. Khususnya soal pesan Natin yang menjadi polemik itu.
"Intinya begini," katanya. Semua orang menantikan kalimat selanjutnya dengan harap-harap cemas. Orang-orang di kubikal cemas kalau sampai Pak Presiden Direktur marah pada Natin. Mereka hanya bisa berharap Pak Presiden Direktur bertindak bijaksana. Kalau memang pesan Natin itu dianggap salah minta tolong dimaafkan saja. Jangan sampai memecat Natin.
Para Manager juga harap-harap cemas. Mereka berharap agar kejadian itu membuka mata Pak Presiden Direktur bahwa office boy yang selama ini dipercayainya ternyata bahaya laten yang bisa merusak perusahaan dari dalam. Sebaiknya dipecat saja. Atau kalaupun masih dipekerjakan ya di tempatkan pada porsi yang semestinya. Kalau office boy ya ngepel lantai saja sama melayani keperluan para manager. Nggak usah neko-neko kayak gitu. Pangkat office boy tapi merasa dirinya seperti konsultan bisnis perusahaan gitu.
"Dengarkan. Supaya semuanya paham," kata Pak Presiden Direktur.
Semua orang pada diam. Siap mendengarkan amar putusan.
"Saya sependapat dengan pesan yang disampaikan oleh Natin…" lanjutnya……
Tak seorang pun di ruangan itu yang tidak terperanjat mendengar pernyataan Pak Presiden Direktur. Orang-orang kubikal terperanjat karena tidak menyangka kalau Pak Presiden Direktur akan berkata begitu. Para Manager terperanjat karena tidak menyangka kalau Pak Presiden Direktur akan berujar demikian.
Setelah bengong sebentar. Suasana hening pun berakhir ditelan keriuhan tepuk tangan orang-orang kubikal. Mereka bersoak. Beperlukan. High five. Mengacungkan tinjunya keudara sambil berteriak "YES!" dan ada juga yang berurai air mata karena terharu dan bahagia.
"Tapi Pak Presiden Direktur…." Beliau Senior Manager berusaha mengalahkan kebisingan.
"Ada keberatan Pak Senior Manager?" Kata Pak Presiden Direktur.
Semua orang kembali hening setelah corporate secretary memberi isyarat.
"Anu Pak…" kata Beliau Senior Manager.
"To the point saja Pak Senior Manager," kata Pak Presiden Direktur.
"Bukankah loyalitas itu…." Beliau Senior Manager meneruskan.
"Sebentar Pak…" Pak Presiden Direktur memberinya isyarat berhenti bicara ketika corporate secretary membisikan sesuatu. Pak Presiden Direktur manggut-manggut. Sementara semua orang lainnya pada sibuk dengan kebingungan dan tebakannya masing-masing.
"Baiklah." Kata Pak Presiden Direktur. "Saya diberitahu corporate secretary bahwa baru saja ada pesan yang saya terima lewat sms." Katanya. Dan saya yakin pesan itu juga dikirimkan kepada kalian. Coba buka handphone kalian." Lanjutnya.
Semua orang buru-buru membuka handphonnya. Dari tadi juga mereka sudah tahu kalau ada sms masuk. Cuman nggak ada yang berani membukanya selagi dengar pidato Pak Presiden Direktur. Ketika mereka membaca sms itu, wajah mereka ada dua macam. Ada yang terlihat senang. Dan ada yang terlihat kecewa.
"Coba Pak Senior Manager dibacakan. Apa bunyi pesannya?" lanjut Pak Presiden Direktur.

Semua orang juga tahu kalau Beliau Senior Manager enggan membacanya. Tapi, tidak ada pilihan lain selain manut saja pada perintah Pak Presiden Direktur. Lalu beliau membacanya. Namun, baru saja satu kata diucapkan. Opri langsung teriak. "Nggak kedengaran Ooom eh… Paaak…." Katanya. Kontan aja semua orang pada ketawa.
Corporate secretary dengan sigap menyerahkan mic speaker pada Beliau Senior Manager. Meskipun sudah berusaha menyembunyikan kekesalannya, namun beliau tidak bisa mencegah semua orang untuk mengetahui perasaan hatinya yang mendongkol.
"Silakan dibacakan Pak Senior Manager…" Kata Pak Presiden Direktur.
Lalu Beliau Senior Manager membaca isi sms ini:
HANYA ORANG YANG BERDEDIKASI TINGGI
YANG BISA MEMBANGKITKAN LOYALITAS SEJATI
Rupanya SMS itu dari Natin.
"Sudah jelas sekarang." Kata Pak Presiden Direktur. "Kita semua harus mendahulukan dedikasi. Bukan lagi loyalitas."
"Tapi Pak…" Beliau Senior Manager mengangkat tangan.
"Sebentar Pak Senior Manager. Dengarkan saya bicara." Kata Pak Presiden Direktur.
Beliau Senior Manager menarik telunjuknya. Lalu melirik kearah para Manager sambil menyerengkan mukanya tanda kesal kepada mereka. Dalam hatinya berkata;''sontoloyo ini orang-orang. Kok ndak ada yang mau berjuang bersama saya."
"Menuntut loyalitas karyawan secara buta adalah pola kepempimpinan yang usang." Kata Pak Presiden Direktur. "Dan terbukti tidak benar."
Orang-orang kubikal bersorak dalam hati.
"Kalian mau tahu buktinya apa?" Tanya Pak Presiden Direktur. "Buktinya. Banyak pemimpin perusahaan. Para Direktur. Dan Manager." Berhenti sejenak. "Yang menuntut anak buahnya untuk loyal kepada perusahaan."
Semua orang menunduk. Ada yang sambil tersenyum. Ada juga yang sambil meringis.
"Tapi mereka sendiri dengan mudahnya pindah ke perusahaan lain." GELEBLAR! Seperti ada halilintar yang menyambar ruangan itu disiang hari bolong. "
Asal ditawai jabatan yang lebih tinggi oleh kompetitor, langsung kabur!" JELEBLUR! Halilintar itu kembali menggelegar. "Asal diiming-imingi gaji yang lebih tinggi oleh perusahaan lain, tidak pake pikir panjang lagi. Langsung pindah sambil membawa data-data rahasia perusahaan." GELEDLAAAR…. Semua yang tersambar petir menggelepar-gelepar.
Corporate secretary menyerahkan selembar kertas kepada Pak Presiden Direktur. Segera  membacanya. Lalu katanya;"Berdasarkan data internal perusahaan kita selama 10 tahun terakhir ini." Semua orang kembali deg-degan. Penasaran. Apakah gerangan data internal yang Pak Presiden Direktur maksudkan.
"80% orang yang keluar dari perusahaan kita itu ternyata para Manager dan Direktur." Halilintar itu kali ini sudah menghanguskan semua benda yang disambarnya. "Hanya 20% saja dari yang keluar itu adalah kalangan staff." Orang-orang kubikal kembali bersorak sorai. Tapi hanya dalam hati. Wajah mereka lucu-lucu banget. Ada yang aneh juga. Soalnya, nggak gampang loh menahan expresi jiwa yang meluap-luap itu. Jadinya muka mereka kelihatan jadi menyon-menyon nggak karuan gitu deh.
"Itu artinya," kata Pak Presiden Direktur. "Yang harus lebih loyal itu adalah para pemimpin. Para Direktur. Para Manager. Supaya para staff dan pegawai lainnya mencontoh." Lanjutnya.
"Pak Senior Manager, misalnya. Harus memberi contoh kepada anak buahnya loayl itu seperti apa. Bukan berarti bekerja lama tapi tidak menunjukkan dedikasi. " Beliau Senior Manager manggut-manggut. Tapi nggak jelas apa karena mengerti atau karena takut.
"Bergitu juga dengan para Manager yang lainnya. Termasuk saya dan jajaran direksi semuanya. Harus menjadi contoh bagi anak buah. Bukan hanya bisa merintah orang lain untuk loyal. Tapi dirinya sendiri tidak punya loyalitas."
"Makanya. Mulai sekarang." Pak Presiden Direktur melanjutkan. "Mari kita tinggalkan teori managemen usang yang meminta karyawan untuk loyal. Kita mesti belajar untuk berubah dengan menggunakan prinsip managemen baru seperti yang dinasihatkan oleh Natin." Pak Presiden Direktur menatap semua orang di ruangan itu.
"Yaitu, " katanya. Berhenti sejenak. Lalu melanjutkan:"Berikan dedikasi tertinggi kalian kepada perusahaan……"

Kali ini. Tidak ada lagi yang bisa menahan diri. Semua orang bertepuk tangan riuh rendah. Kehebohan pun memenuhi seantero kantor. Sedangkan Beliau Senior Manager dan para manager lainnya mau tidak mau ikut bertepuk tangan meskipun sambil menelan rasa asem, mual, pahit dan getir dihatinya.
Ditengah kehebohan itu seseorang berteriak: "Pak Presiden Direktur  saya mau tanya," katanya sambil mengacung-acungkan tangan.

Sayangnya suaranya kalah keras oleh kehebohan orang-orang yang tengah bersorak sorai. Pak Presiden Direktur tidak mendengarnya sehingga beliau langsung menuju ke ruang kerjanya.
"Mau tanya apa Pak Mergy…..?" kata Opri.
"Yaaah… Pri… saya kan kepingin sekali memberi tahu Pak Presiden Direktur kalau saya ini orang yang berdedikasi tinggi…."
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…....  

Tiba-tiba saja semua orang di kubikal menyadari bahwa habis gelap terbitlah terang. Habis pakem management lama. Terbitlah pakem managemen baru. Habis tuntutan loyalitas. Terbitlah tuntutan pada dedikasi. Karena seperti yang dinasihatkan oleh Natin hari ini. Bahwa. Hanya orang yang berdedikasi tinggi. Yang bisa membangkitkan loyalitas sejati. Sedangkan Manager dan Boss yang hanya sekedar memerintah bawahan untuk loyal, tapi mereka sendiri seneng menjadi kutu loncat; tidak akan bisa membuat anak buahnya loyal pada perusahaan.  Karena. Hanya orang yang berdedikasi tinggi. Yang bisa membangkitkan loyalitas sejati.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman 8 Oktober 2012
Leadership and Personnel Development Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

Selasa, Agustus 26, 2014

Mengatasi Konflik Anak Buah

 

L#19: Mengatasi Konflik Anak Buah

Hore!
Hari Baru, Teman-teman.

Dalam memimpin, kadang kita dihadapkan pada situasi dimana orang-orang kunci kita saling berselisih. Kalau yang berselisih itu anak buah yang levelnya rendah – misalnya staff – biasanya selesai dengan mudah. Tanpa perlu campur tangan kita. Tapi, jika yang berseteru itu level tinggi seperti manager, senior manager, atau direktur; maka mereka jarang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Lho, bukankah kalau semakin tinggi jabatannya; maka kemampuan 'Problem Solving'-nya lebih bagus? Tidak juga. Khususnya kalau terkait persetruan dengan kolega. Mengapa? Karena semakin tinggi jabatan mereka, semakin besar juga ego mereka. Sehingga semakin sulit buat mereka untuk menyepakati resolusi. Oleh karenanya, jika hal itu terjadi pada staff senior dan berpengaruh di team Anda; maka Anda harus segera turun tangan untuk menyelesaikannya. Jika ditunda-tunda, mereka akan terus bersetru dan merusak performa team yang sedang Anda bangun itu. Iya. Tapi bagaimana caranya?

Kita bisa belajar caranya dari kasus persetruan antara KPK dan Polri yang kini tengah menghangat. Cara Presiden SBY mengatasinya, sangat menarik untuk kita jadikan sebagai bahan pelajaran. Berikut ini keputusan Presiden soal perselisihan 2 lembaga tinggi dibawah kepemimpinan beliau yang dirilis tadi malam: (1) Penanganan kasus Irjen Pol DS : Ditangani oleh KPK, sedangkan kasus terkait lainnya oleh Polri, (2) Pemeriksaan Kompol NB tidak tepat caranya dan tidak tepat waktunya, (3) Penarikan Penyidik Polri akan diatur lagi mekanismenya supaya tidak terjadi tarik menarik tanpa kordinasi. (4) Revisi UU KPK tidak tepat untuk dilakukan saat ini (5) Kalau terjadi kisruh lagi antara KPK dan Polri, sebaiknya merujuk kepada MoU.

Dari sudut pandang saya sebagai seorang trainer leadership, pidato Pak SBY kali ini merupakan salah satu yang paling berkualitas tinggi dibandingkan dengan pidato-pidato beliau yang lainnya. Dan dari contoh yang beliau tunjukkan ini, kita bisa mengambil pelajaran penting untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan kita. Khususnya ketika para petinggi di jajaran managemen yang kita pimpin tengah berkonflik. Sekalipun demikian, pengambilan keputusan yang tegas; bukanlah satu-satunya tahapan yang harus kita ambil. Masih ada 4 tahapan berikutnya yang tidak kalah pentingnya dari sekedar mengambil keputusan tegas. Dengan demikian, keputusan yang sudah kita ambil itu bisa berjalan dan berdampak efektif. Saya yakin Presiden SBY akan melakukan ke-4 langkah lanjutan itu. Dan, bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar dari Pak SBY cara mengatasi anak buah berpengaruh yang saling bersetru, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:  

1.      Ambil keputusan segera. Kalau 2 anak buah Anda yang sama-sama berkuasa saling berantem dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, maka Anda harus berani menentukan keputusannya. Jangan mengira mereka bisa menyelesaikan persetruan itu dengan usaha mereka sendiri. Bukan karena mereka kekanak-kanakan. Melainkan karena mereka mengikuti naluri untuk mempertahankan egonya masing-masing. Jika Anda ingin masalahnya selesai dengan mudah, maka Anda; harus mengambil keputusan dengan segera. Jangan dibiarkan berlarut larut. Karena semakin lama, masalahnya akan menjadi semakin runyam. Pengaruh buruknya akan semakin menyebar. Proses kerja team mereka juga pasti terganggu sehingga kinerjanya akan terpengaruh buruk. Walhasil, masalah Anda; akan semakin berpotensi menjadi benang kusut. So, sebelum menjadi tidak terkendali; Ambil keputusan segera.

2.      Monitor kepatuhan mereka menjalankan keputusan. Kebanyakan atasan mengira bahwa; tugasnya sudah selesai, jika sudah mengambil keputusan dan mempidatokannya. Setelah menghimbau, menasihati, atau berpidato; mereka menganggap tugasnya sudah tuntas. Salah besar jika demikian. Leader itu bukan sekedar harus pintar bicara. Berdiri diatas podium. Atau menyampaikan pesan lewat media. Pemimpin seperti itu hanya akan NATO saja. Sifat dasar manusia itu kan ingin bekerja seringan-ringannya, namun dapat manfaat sebanyak-banyaknya. Saya, dan Anda juga mungkin begitu. Maunya ngantor hanya seminggu sekali tapi bayaran sebulan penuh, misalnya. Maka peran atasan dalam memonitor itu penting. Untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai rencana, atau seperti kondisi yang Anda inginkan sebagaimana tertuang dalam keputusan yang sudah diambil. Jika tidak dimonitor pun, mungkin beres. Tapi, lebih besar lagi kemungkinan tidak beresnya. Apalagi konflik yang Anda hadapi itu terjadi di level yang sangat tinggi dengan ego masing-masing yang juga tinggi. Ingat: tugas pemimpin itu juga termasuk memonitor kinerja dan kepatuhan anak buah, bukan? Jadi, jangan lengah. Monitor terus perilaku mereka.

3.      Peringatkan jika anak buah tidak melaksanakan keputusan. Kelemahan lainnya yang sering dipertontonkan banyak pemimpin adalah; pemimpin sering mendiamkan saja meskipun tahu salah satu atau kedua anak buah yang berseteru itu tidak menjalankan keputusan yang sudah dibuat. Makanya, seorang leader juga harus sanggup mengambil tindakan. Khususnya ketika keputusan yang sudah Anda keluarkan itu tidak dijalankan oleh anak buah Anda. Jika ada salah satu dari mereka yang mengabaikannya, lalu Anda membiarkannya atau pura-pura tidak tahu; maka itu akan menjatuhkan kredibilitas kepemimpinan Anda sendiri. Bahaya. Jangan ragu untuk menegur anak buah Anda, jika ada diantara mereka yang berani mengabaikan keputusan itu. Ditahap ini, teguran secara verbal sudah memadai. Lalu, perhatikan lagi. Bagaimana respon dan tindak lanjutnya. Apalagi konflik yang Anda hadapi itu terjadi di level yang sangat tinggi dengan kemungkinan resistensi yang juga tinggi. Ingat: tugas pemimpin itu juga termasuk mengontrol kinerja dan kepatuhan anak buah, bukan? Jadi, jangan bosan mengingatkan mereka. Ingatkan terus, setiap kali terjadi penyimpangan. Dan seperti pada langkah #1; hal ini juga tidak boleh ditunda-tunda. Mesti Anda lakukan segera begitu ada indikasi penyimpangan.

4.      Ambil tindakan, jika anak buah tetap membandel. Kadang-kadang, teguran keras secara verbal itu tidak cukup menyadarkan orang-orang tertentu. Dalam kasus seperti ini, sebenarnya kualitas kepemimpinan kita sedang diuji. Oleh siapa? Oleh anak buah Anda yang membandel itu. Dia mengetes, apakah Anda bisa bersikap tegas. Atau bisa digoyang ditengah jalan. Bahaya, jika Anda tidak tegas di tahap ke-3 ini. Bukan harus keras. Tapi tegas. Keras itu rapuh. Sedangkan tegas, Anda menegakkan kedisiplinan, memegang teguh nilai-nilai luhur, dan berani mengambil resiko atas pengambilan keputusan yang Anda yakini memberi dampak terbaik untuk kepentingan organisasi. So, jika ada anak buah Anda yang masih membandel. Masih ngeyel. Masih juga melenceng. Masih bermain dibelakang. Berarti, dia bukan hanya berseteru dengan rekan kerjanya. Melainkan melawan otoritas dan kewenangan Anda, sehingga Anda harus mendorongnya melakukan perbaikan. Di tahap ini, pidato saja tidak cukup. Apalagi hanya sekedar himbauan. Tidak efektif itu. Teguran secara tertulis dan resmi, perlu Anda lakukan. Jika perlu SP1 atau SP2, bisa Anda gunakan.

5.      Memberikan reward atau punishment. Evaluasi lagi. Jika anak buah Anda menjalankan keputusan yang sudah Anda buat dengan baik, maka Anda patut memberinya reward. Siapa bilang orang dewasa tidak lagi butuh reward? Hey, bukan hanya anak kecil yang membutuhkan hadiah atas prestasi-prestasi mereka. Meskipun reward itu tidak selalu berupa materi, ataupun kenaikan jabatan. Berikan saja. Sebaliknya, jika anak buah Anda masih membandel juga setelah tahap #4 diatas dilakukan. Inilah saatnya menggunakan kewenangan yang ada ditangan Anda untuk memberikan punishment yang tepat. Coba cek lagi hingga dimana batasan otoritas Anda. Jika harus, Anda tidak usah ragu menggantinya dengan orang lain. Mengapa? Karena Anda membutuhkan team yang solid. Sehingga semua team leader Anda harus solid. Jika anak buah Anda membandel dan tetap tidak kooperatif, perilaku buruknya itu memang bukan dosa. Tapi tidak cocok untuk tetap menjadi bagian dari winning team yang sedang Anda bangun. So, you have to take a firm decision to terminate him or her. And, assign a new leader who has stong commitment to be the part of your truly team. Lihat sekarang; Anda memberi reward kepada team leader yang bagus. Dan Anda sanggup memberi punishment kepada team leader yang buruk. Ini akan menjadikan efektivitas kepemimpinan Anda meningkat berkali-kali lipat.

Berprofesi sebagai trainer program-program pelatihan tentang kepemimpinan, membuat saya sangat menikmati pidato Presiden SBY tadi malam. Bukan politiknya yang menarik hati saya. Melainkan pengambilan keputusannya. Sehingga saya menganggap layak untuk menjadikannya sebagai study kasus dalam pembelajaran kita kali ini. Sebagaimana saya uraikan di atas, keputusan sesuai pidato Presiden itu barulah menyentuh level ke-1 dari prinsip Natural Intelligence (NatIn™). Masih ada 4 tahapan lagi yang mesti dilakukan. Namun, karena kapasitas saya bukanlah sebagai penasihat Kepresidenan dalam hal efektivitas kepemimpinan beliau; maka artikel ini tentunya tidak dimaksudkan untuk menasihati beliau. Melainkan sekedar referensi berharga bagi kita yang tengah mengemban tugas kepemimpinan. Mengapa? Karena konflik tingkat tinggi tidak hanya terjadi di lingkungan perangkat Negara. Justru merupakan fenomena umum di berbagai korporasi atau perusahaan tempat kita bekerja. Mungkin juga terjadi di kantor Anda. Sekalipun demikian, bersyukur sekali jika staff Kepresidenan membaca tulisan ini juga. Barangkali saja, bisa menjadi tambahan masukan dari seorang rakyat Indonesia, untuk efektivitas kepemimpin Presidennya.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman 9 Oktober 2012
Leadership and Personnel Development Trainer

Minggu, Agustus 17, 2014

Tuntunan Yang Terlupakan

 

Tuntunan Yang Terlupakan
Oleh : Made Teddy Artiana

Disuatu malam gelap, di tengah lautan dalam cuaca yang kurang bersahabat.

"Kapten..! Kapten..banguun..!", teriak seorang kelasi kapal, tergopoh-gopoh membangunkan sang kapten.
"Aoohheemm..ada apaaa?!"
"Maaf membangunkan Anda, kita punya masalah serius.."
"Masalah serius? Apa itu..!"
"Ada sebuah kapal di depan kita, pada jarak 25 mil. Dan mereka tidak mau minggir"
"Lho, suruh mereka minggir!"
"Saya sudah menyuruhnya minggir, tapi mereka menolak"
"Kurang ajar..! Beraninya mereka bersikap demikian dgn kita, kapal perang bersenjata lengkap?! Apa mereka tidak tahu, kita bisa meledakkan mereka dgn mudah?? Biar aku yg menyuruhnya minggir"

Kapten kapal perang itu bergegas bangkit, lalu mereka berlari menuju ruang kemudi. Dengan tak sabar, sang kapten merampas radio, lalu membentak dgn keras.

"Kami memerintahkan kalian minggir 15 derajat"
Suara diseberang menjawab tak kalah tegas.
"Justru kalian yg kami perintahkan minggir 15 derajat".

Kapten terhenyak...
"Disini Kapten Richard, memerintahkan kalian minggir!"
Suara diseberang menjawab.
"Saya, Simon..memerintahkan kapal anda minggir sebelum terjadi sesuatu!!!"

Kini, dgn murka Kapten menjawab..
"Grrrhhh..kalian tidak tahu kami??!!! kami kapal perang angkatan bersenjata 'Badai Lautan'...!!!"
Suara radiopun menjawab..
"Ok. Kami...mercusuar..!!!!!"

Hehehhehe...

Sering kali..kita menyangka, kita menguasai hidup kita, mengetahui segala apa yang kita rencanakan dan tahu persis apa yang kita lakukan..kemudian dengan arogan..mengabaikan "cahaya peringatan" dari Sang Mercusuar, yang sebenarnya selalu ingin mendatangkan kebaikan bagi hidup kita. Sudah terlalu banyak, kapal (baca : manusia) karam menabrak karang, hanya karena memilih jalannya sendiri.

Manusia ciptaan istimewa, itu benar. Ia adalah kalifah bagi ciptaan lain, itu pun tak terbantahkan. Namun bukan berarti kita kemudian mampu berjalan sendiri tanpa tuntunan ilahi dari Sang Khalik. Karena nyatanya...faktanya...kita sangat lemah dan terlalu mudah hilang arah. Lalu mengapakah kita tidak mempercayakan diri kepada cahaya dari Sang Mercusuar ? ;)

#
You are the only you God made,
God made you and broke the mold.

Made Teddy Artiana, S. Kom.
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com 

Sabtu, Agustus 16, 2014

Demonstrasi Buruh Yang Efektif

 



P#22: Demonstrasi Buruh Yang Efektif   
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
Setiap tahun para buruh sedunia melakukan demonstrasi untuk menuntut perbaikan nasib mereka. Secara umum kita sering melihat demontrasi buruh itu cenderung menjadi kegiatan kontra produktif. Terutama karena buruh nyaris selalu dicitrakan sebagai lawan bagi management. Ini ironis. Karena pakem ilmu management mengatakan bahwa buruh itu adalah aset terpenting bagi perusahaan. Tetapi, antara buruh dengan menangement seolah nyaris selalu berseberangan.
Ironi yang kedua adalah, kita sering dikelirukan oleh definisi 'buruh' yang salah. Menurut anggapan kita, buruh adalah pegawai kelas rendah di perusahaan. Padahal, sekalipun Anda seorang Direktur Utama sebenarnya Anda juga adalah buruh seperti mereka. Bedanya? Anda menduduki posisi yang tinggi, sedangkan mereka berada pada strata yang paling rendah. Paradigma ini penting, supaya kita semua bisa mendudukan permasalahan buruh ini pada proporsi yang tepat. Selama management belum benar-benar memandang buruh sebagai aset paling penting perusahaan, kita tidak akan pernah bisa menemukan keselarasan. Mengapa demikian? Karena dengan sudut pandang itu management tidak akan memperlakukan buruh dengan baik. Sedangkan buruh, akan terus menerus merongrong melalui tuntutan-tuntutan atas perbaikan nasib dan kesejahteraan.
Salah satu penyebab utama mengapa para buruh memilih untuk turun ke jalan adalah karena mereka tidak memiliki nilai tawar di ruang-ruang pertemuan. Sehingga jalan menjadi satu-satunya arena pelampiasan. Padahal setiap kali buruh melakukan demonstrasi, lebih banyak lagi pihak yang mengalami kerugian. Kasus yang terjadi di Drydock baru-baru ini seharusnya dijadikan monumen bagi seluruh elemen, baik pelaku industri, management perusahaan, maupun para buruh secara keseluruhan. Kita tidak harus mengulangi kasus Drydock untuk membangun proses bisnis yang bermartabat dan saling menguntungkan.
Apakah buruh tidak boleh turun ke jalan? Kadang-kadang turun ke jalan bisa menjadi pendobrak pintu para pengambil keputusan yang terlalu angkuh dalam ketertutupannya. Para penyelenggara negara juga terkadang harus digedor dengan kehebohan besar sebelum memainkan perannya sebagai regulator tertinggi. Namun, kita harus sudah mulai memikirkan strategi demonstrasi yang lebih efektif. Yaitu, proses demonstrasi yang tidak usah berdarah-darah. Tidak menimbulkan kehebohan, serta tidak menyebabkan tertundanya proses produksi perusahaan. Apakah bisa melakukan demo yang demikian? Bisa. Mari saya tunjukkan.
Pertama-tama, kita mesti memahami sistem nilai (believe) yang digunakan dalam pengelolaan bisnis perusahaan. Ada 3 sistem nilai utama yang dipegang teguh oleh petinggi perusahaan manapun. Pertama, penghematan biaya (cost effectiveness). Kedua, pengoptimalan produksi (productivity). Dan yang ketiga, daya saing (competitiveness).
Posisi karyawan memiliki keterkaitan langsung terhadap ketiga believe itu. Makanya, memberikan gaji serendah mungkin dan menekan ongkos kesejahteraan karyawan menjadi jalan pintas yang masih diterapkan dibeberapa perusahaan. Hal ini berkaitan dengan sistem nilai pertama dan kedua.
Bagaimana dengan yang ketiga? Perusahaan apapun, keberlangsungan bisnis jangka panjangnya sangat ditentukan oleh kemampuan mereka untuk bersaing. Oleh karenanya, daya saing atau competitivesness merupakan agenda yang menempati posisi tertinggi didalam benak para pengambil keputusan atau top management. Sedangkan daya saing itu, tidak pernah bisa dilepaskan dari peran para karyawan. Oleh sebab itu, jika perusahaan ingin memiliki daya saing yang tinggi maka satu-satunya cara adalah dengan memiliki karyawan yang berkualitas tinggi.
Setelah memahami ketiga believes itu, mari kita mulai merancang strategi untuk melakukan demo karyawan yang lebih efektif. Dimulai dengan visi. Setiap demo karyawan harus mengikuti visi yang berbunyi: "Menjadikan Karyawan Sebagai Mitra Sejajar Bagi Perusahaan". Selanjutnya, misi. Setiap pelaku demo karyawan harus berpegang teguh kepada misi yang berbunyi: "Melakukan demonstrasi secara simpatik dan elegan untuk memperjuangkan kepentingan karyawan dan perusahaan". Setelah itu, barulah kita membuat grand strategynya, yaitu: "Bergerak mengikuti alur berpikir para pengelola perusahaan".
Visi dan misi membantu kita untuk menjaga agar demonstrasi karyawan tetap berada dalam koridor yang benar. Sedangkan strategy memberikan arahan tentang pelaksanaan demo itu dilapangan. Mari kita membahas taktik demo efektif sesuai dengan grand strategy yang kita rancang diatas. Kita sudah mengetahui alur berpikir para top management, yang tiada lain adalah ketiga believes yang sudah kita bahas tadi. Jika kita mampu mendukung usaha-usaha top management untuk mewujudkan ketiga believes itu, maka kita akan bisa mewujudkan Visi untuk menjadikan karyawan sebagai mitra sejajar perusahaan. Bagiamana implementasinya? Mari, akan saya beberkan
Cost effectivess (believe pertama). Para karyawan harus memahami bahwa top management yang hebat sudah sejak lama menyadari jika penghematan biaya itu tidak hanya bisa dilakukan dengan cara membayar gaji dan kompensasi yang rendah kepada karyawan. Justru yang paling utama adalah memperbaiki proses produksi, atau proses bisnis yang selama ini diterapkan. Dibagian mana karyawan bisa berdemo? Karyawan mengambil bagian dengan cara mendemonstrasikan kemauan untuk memperbaiki cara mereka melakukan pekerjaan.
Misalnya, apakah sebagai seorang karyawan saat ini anda sudah bekerja dengan sebaik-baiknya? Jika anda masih sering mengobrol dengan teman pada saat mesin sedang beroperasi, maka itu menunjukkan bahwa cara anda bekerja menimbulkan resiko biaya bagi perusahaan. Jika terjadi kegagalan produksi gara-gara kelalain anda itu, maka tujuan top management tidak tercapai. Contoh lain yang terjadi di pabrik; seorang karyawati mengalami kecelakaan kerja karena membiarkan rambutnya terurai panjang pada saat mengoperasikan mesin pemintal benang. Karena kecelakaan itu, mesin berhenti berproduksi dan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan. Hal-hal semacam ini, bisa dihindari jika seluruh karyawan mendemonstrasikan perilaku yang tepat ditempat kerja. Mengindahkan peraturan perusahaan. Dan menyokong usaha perusahaan untuk mewujudkan zero accident. Itu adalah contoh pelaksanaan demonstrasi sejalan dengan believes top management yang pertama.
Productivity (believe kedua). Para karyawan harus menyadari bahwa para pemegang jabatan tinggi diperusahaan harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya dihadapan para pemegang saham. Sedangkan ukuran realistis bagi para pemegang saham adalah sampai sejauh mana uang yang diinvestasikannya menghasilkan keuntungan. Itu berkaitan dengan produktivitas. Dibagian mana karyawan bisa berdemo? Karyawan mengambil bagian dengan cara mendemonstrasikan komitmen mereka untuk memperhatikan kualitas kerja dan penggunaan jam kerja yang diamanatkan oleh perusahaan.
Misalnya, apakah sebagai seorang karyawan saat ini anda sudah mengedepankan kualitas kerja daripada melakukannya secara asal-asalan? Jika anda masih sering terlambat masuk ke kantor, atau mengambil waktu jam makan siang lebih lama dari yang seharusnya, maka itu menunjukkan bahwa cara anda bekerja menimbulkan jatuhnya tingkat produktivitas perusahaan. Jika produktivitas perusahaan tetap rendah setelah pekerjaan itu diberikan kepada Anda, maka tujuan top management tidak tercapai. Contoh lain yang terjadi di kantor-kantor; seorang karyawan kepergok atasannya bermain games komputer pada jam kerja. Karena itu, waktu kerjanya menjadi berkurang, dan tentu saja produktivitas pun berkurang. Hal-hal semacam ini, bisa dihindari jika seluruh karyawan mendemonstrasikan komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan. Bekerja sungguh-sungguh. Dan menyokong usaha perusahaan untuk meningkatkan produktivitas. Itu adalah contoh pelaksanaan demonstrasi sejalan dengan believes top management yang kedua.
Competitiveness (believe ketiga). Para karyawan harus menyadari bahwa perusahaan tidak akan bisa bertahan jika kalah bersaing dari lawan-lawannya. Jadi, jika top management memaksa kita untuk tangguh dalam bersaing sebenarnya mereka sedang memperjuangkan kepentingan kita juga. Dibagian mana karyawan bisa berdemo? Karyawan mengambil bagian dengan cara mendemonstrasikan kesediaan untuk mencurahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, serta berupaya untuk terus menerus meningkatkan diri.
Misalnya, apakah sebagai seorang karyawan saat ini anda sudah mengoptimalkan potensi diri anda dalam menangani pekerjaan? Juga perlu direnungkan apakah Anda terus memacu diri untuk belajar dan mengasah keahlian? Jika anda masih berkutat dengan sekedar memenuhi job-descriotion, maka itu menunjukkan bahwa cara anda bekerja menempatkan perusahaan pada kelompok mediocre, alias tidak memiliki keunggulan. Jika para karyawannya hanya bekerja sebatas itu, maka tujuan top management tidak tercapai. Contoh lain yang terjadi di lingkungan kerja adalah; seorang karyawan mengeluh ketika kepadanya diserahkan tugas yang lebih banyak. Menurutnya, gaji kecil kok harus kerja banyak? Karena sikapnya seperti itu, maka karyawan yang hebat diperusahaan lain akan dengan sangat mudah mengalahkan mereka. Hal-hal semacam ini, bisa dihindari jika seluruh karyawan mendemonstrasikan dedikasi yang tinggi kepada profesi dan diri mereka sendiri. Mendorong proses pertumbuhan perusahaan. Dan menyokong usaha perusahaan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya. Itu adalah contoh pelaksanaan demonstrasi sejalan dengan believes top management yang ketiga.
Tidak ada top management yang akan menentang jika Anda bisa melakukan demo seperti itu. Artinya, itulah cara berdemo yang efektif bagi para buruh. Sebab, ketika buruh bisa berdomo dengan cara seperti itu; maka managament bukan sekedar bersedia memberikan gaji yang anda tuntut. Mereka akan membayar anda jauh lebih tinggi dari itu. Memberi fasilitas yang melimpah. Serta membuka kesempatan yang seluas-luasnya.
Sekarang, kepada Anda sudah disodorkan alternatif berdemo yang jauh lebih baik dan lebih efektif. Silakan tentukan sendiri, cara berdemo mana yang akan Anda pilih. Cara lama yang menguras begitu banyak energi, kehebohan dan kericuhan itu? Atau, cara baru yang saya tawarkan disini. Jika Anda memilih cara baru ini, saya mengucapkan selamat. Karena pada tahap ini, nilai diri Anda sebagai seorang karyawan sudah menanjak tinggi. Semoga mulai sekarang, kita bisa berdemonstrasi dengan cara yang jauh lebih efektif lagi. Bagiamana jika setelah melakukan semua itu perusahaan tetap menyepelekan kita? Tenang saja. Sebab, jika Anda mengikuti strategi demonstrasi ini dengan baik, maka Anda akan menjadi karyawan yang sangat handal. Sehingga, di pasar tenaga kerja; harga anda, sangatlah mahal.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman 5 Oktober 2012
Leadership and Personnel Development Trainer 
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Catatan Kaki:
Ada banyak cara melakukan demonstrasi. Pilihlah cara yang lebih berdampak positif pada diri Anda, dan lebih menguntungkan seluruh pihak yang berkepentingan. Agar bisa mendapatkan win-win solution.
Ingin mendapatkan kiriman artikel "P (=Personalism)" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or
Ms. Vivi at 0812 1040 3327