Selasa, Agustus 26, 2014

Mengatasi Konflik Anak Buah

 

L#19: Mengatasi Konflik Anak Buah

Hore!
Hari Baru, Teman-teman.

Dalam memimpin, kadang kita dihadapkan pada situasi dimana orang-orang kunci kita saling berselisih. Kalau yang berselisih itu anak buah yang levelnya rendah – misalnya staff – biasanya selesai dengan mudah. Tanpa perlu campur tangan kita. Tapi, jika yang berseteru itu level tinggi seperti manager, senior manager, atau direktur; maka mereka jarang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Lho, bukankah kalau semakin tinggi jabatannya; maka kemampuan 'Problem Solving'-nya lebih bagus? Tidak juga. Khususnya kalau terkait persetruan dengan kolega. Mengapa? Karena semakin tinggi jabatan mereka, semakin besar juga ego mereka. Sehingga semakin sulit buat mereka untuk menyepakati resolusi. Oleh karenanya, jika hal itu terjadi pada staff senior dan berpengaruh di team Anda; maka Anda harus segera turun tangan untuk menyelesaikannya. Jika ditunda-tunda, mereka akan terus bersetru dan merusak performa team yang sedang Anda bangun itu. Iya. Tapi bagaimana caranya?

Kita bisa belajar caranya dari kasus persetruan antara KPK dan Polri yang kini tengah menghangat. Cara Presiden SBY mengatasinya, sangat menarik untuk kita jadikan sebagai bahan pelajaran. Berikut ini keputusan Presiden soal perselisihan 2 lembaga tinggi dibawah kepemimpinan beliau yang dirilis tadi malam: (1) Penanganan kasus Irjen Pol DS : Ditangani oleh KPK, sedangkan kasus terkait lainnya oleh Polri, (2) Pemeriksaan Kompol NB tidak tepat caranya dan tidak tepat waktunya, (3) Penarikan Penyidik Polri akan diatur lagi mekanismenya supaya tidak terjadi tarik menarik tanpa kordinasi. (4) Revisi UU KPK tidak tepat untuk dilakukan saat ini (5) Kalau terjadi kisruh lagi antara KPK dan Polri, sebaiknya merujuk kepada MoU.

Dari sudut pandang saya sebagai seorang trainer leadership, pidato Pak SBY kali ini merupakan salah satu yang paling berkualitas tinggi dibandingkan dengan pidato-pidato beliau yang lainnya. Dan dari contoh yang beliau tunjukkan ini, kita bisa mengambil pelajaran penting untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan kita. Khususnya ketika para petinggi di jajaran managemen yang kita pimpin tengah berkonflik. Sekalipun demikian, pengambilan keputusan yang tegas; bukanlah satu-satunya tahapan yang harus kita ambil. Masih ada 4 tahapan berikutnya yang tidak kalah pentingnya dari sekedar mengambil keputusan tegas. Dengan demikian, keputusan yang sudah kita ambil itu bisa berjalan dan berdampak efektif. Saya yakin Presiden SBY akan melakukan ke-4 langkah lanjutan itu. Dan, bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar dari Pak SBY cara mengatasi anak buah berpengaruh yang saling bersetru, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:  

1.      Ambil keputusan segera. Kalau 2 anak buah Anda yang sama-sama berkuasa saling berantem dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, maka Anda harus berani menentukan keputusannya. Jangan mengira mereka bisa menyelesaikan persetruan itu dengan usaha mereka sendiri. Bukan karena mereka kekanak-kanakan. Melainkan karena mereka mengikuti naluri untuk mempertahankan egonya masing-masing. Jika Anda ingin masalahnya selesai dengan mudah, maka Anda; harus mengambil keputusan dengan segera. Jangan dibiarkan berlarut larut. Karena semakin lama, masalahnya akan menjadi semakin runyam. Pengaruh buruknya akan semakin menyebar. Proses kerja team mereka juga pasti terganggu sehingga kinerjanya akan terpengaruh buruk. Walhasil, masalah Anda; akan semakin berpotensi menjadi benang kusut. So, sebelum menjadi tidak terkendali; Ambil keputusan segera.

2.      Monitor kepatuhan mereka menjalankan keputusan. Kebanyakan atasan mengira bahwa; tugasnya sudah selesai, jika sudah mengambil keputusan dan mempidatokannya. Setelah menghimbau, menasihati, atau berpidato; mereka menganggap tugasnya sudah tuntas. Salah besar jika demikian. Leader itu bukan sekedar harus pintar bicara. Berdiri diatas podium. Atau menyampaikan pesan lewat media. Pemimpin seperti itu hanya akan NATO saja. Sifat dasar manusia itu kan ingin bekerja seringan-ringannya, namun dapat manfaat sebanyak-banyaknya. Saya, dan Anda juga mungkin begitu. Maunya ngantor hanya seminggu sekali tapi bayaran sebulan penuh, misalnya. Maka peran atasan dalam memonitor itu penting. Untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai rencana, atau seperti kondisi yang Anda inginkan sebagaimana tertuang dalam keputusan yang sudah diambil. Jika tidak dimonitor pun, mungkin beres. Tapi, lebih besar lagi kemungkinan tidak beresnya. Apalagi konflik yang Anda hadapi itu terjadi di level yang sangat tinggi dengan ego masing-masing yang juga tinggi. Ingat: tugas pemimpin itu juga termasuk memonitor kinerja dan kepatuhan anak buah, bukan? Jadi, jangan lengah. Monitor terus perilaku mereka.

3.      Peringatkan jika anak buah tidak melaksanakan keputusan. Kelemahan lainnya yang sering dipertontonkan banyak pemimpin adalah; pemimpin sering mendiamkan saja meskipun tahu salah satu atau kedua anak buah yang berseteru itu tidak menjalankan keputusan yang sudah dibuat. Makanya, seorang leader juga harus sanggup mengambil tindakan. Khususnya ketika keputusan yang sudah Anda keluarkan itu tidak dijalankan oleh anak buah Anda. Jika ada salah satu dari mereka yang mengabaikannya, lalu Anda membiarkannya atau pura-pura tidak tahu; maka itu akan menjatuhkan kredibilitas kepemimpinan Anda sendiri. Bahaya. Jangan ragu untuk menegur anak buah Anda, jika ada diantara mereka yang berani mengabaikan keputusan itu. Ditahap ini, teguran secara verbal sudah memadai. Lalu, perhatikan lagi. Bagaimana respon dan tindak lanjutnya. Apalagi konflik yang Anda hadapi itu terjadi di level yang sangat tinggi dengan kemungkinan resistensi yang juga tinggi. Ingat: tugas pemimpin itu juga termasuk mengontrol kinerja dan kepatuhan anak buah, bukan? Jadi, jangan bosan mengingatkan mereka. Ingatkan terus, setiap kali terjadi penyimpangan. Dan seperti pada langkah #1; hal ini juga tidak boleh ditunda-tunda. Mesti Anda lakukan segera begitu ada indikasi penyimpangan.

4.      Ambil tindakan, jika anak buah tetap membandel. Kadang-kadang, teguran keras secara verbal itu tidak cukup menyadarkan orang-orang tertentu. Dalam kasus seperti ini, sebenarnya kualitas kepemimpinan kita sedang diuji. Oleh siapa? Oleh anak buah Anda yang membandel itu. Dia mengetes, apakah Anda bisa bersikap tegas. Atau bisa digoyang ditengah jalan. Bahaya, jika Anda tidak tegas di tahap ke-3 ini. Bukan harus keras. Tapi tegas. Keras itu rapuh. Sedangkan tegas, Anda menegakkan kedisiplinan, memegang teguh nilai-nilai luhur, dan berani mengambil resiko atas pengambilan keputusan yang Anda yakini memberi dampak terbaik untuk kepentingan organisasi. So, jika ada anak buah Anda yang masih membandel. Masih ngeyel. Masih juga melenceng. Masih bermain dibelakang. Berarti, dia bukan hanya berseteru dengan rekan kerjanya. Melainkan melawan otoritas dan kewenangan Anda, sehingga Anda harus mendorongnya melakukan perbaikan. Di tahap ini, pidato saja tidak cukup. Apalagi hanya sekedar himbauan. Tidak efektif itu. Teguran secara tertulis dan resmi, perlu Anda lakukan. Jika perlu SP1 atau SP2, bisa Anda gunakan.

5.      Memberikan reward atau punishment. Evaluasi lagi. Jika anak buah Anda menjalankan keputusan yang sudah Anda buat dengan baik, maka Anda patut memberinya reward. Siapa bilang orang dewasa tidak lagi butuh reward? Hey, bukan hanya anak kecil yang membutuhkan hadiah atas prestasi-prestasi mereka. Meskipun reward itu tidak selalu berupa materi, ataupun kenaikan jabatan. Berikan saja. Sebaliknya, jika anak buah Anda masih membandel juga setelah tahap #4 diatas dilakukan. Inilah saatnya menggunakan kewenangan yang ada ditangan Anda untuk memberikan punishment yang tepat. Coba cek lagi hingga dimana batasan otoritas Anda. Jika harus, Anda tidak usah ragu menggantinya dengan orang lain. Mengapa? Karena Anda membutuhkan team yang solid. Sehingga semua team leader Anda harus solid. Jika anak buah Anda membandel dan tetap tidak kooperatif, perilaku buruknya itu memang bukan dosa. Tapi tidak cocok untuk tetap menjadi bagian dari winning team yang sedang Anda bangun. So, you have to take a firm decision to terminate him or her. And, assign a new leader who has stong commitment to be the part of your truly team. Lihat sekarang; Anda memberi reward kepada team leader yang bagus. Dan Anda sanggup memberi punishment kepada team leader yang buruk. Ini akan menjadikan efektivitas kepemimpinan Anda meningkat berkali-kali lipat.

Berprofesi sebagai trainer program-program pelatihan tentang kepemimpinan, membuat saya sangat menikmati pidato Presiden SBY tadi malam. Bukan politiknya yang menarik hati saya. Melainkan pengambilan keputusannya. Sehingga saya menganggap layak untuk menjadikannya sebagai study kasus dalam pembelajaran kita kali ini. Sebagaimana saya uraikan di atas, keputusan sesuai pidato Presiden itu barulah menyentuh level ke-1 dari prinsip Natural Intelligence (NatIn™). Masih ada 4 tahapan lagi yang mesti dilakukan. Namun, karena kapasitas saya bukanlah sebagai penasihat Kepresidenan dalam hal efektivitas kepemimpinan beliau; maka artikel ini tentunya tidak dimaksudkan untuk menasihati beliau. Melainkan sekedar referensi berharga bagi kita yang tengah mengemban tugas kepemimpinan. Mengapa? Karena konflik tingkat tinggi tidak hanya terjadi di lingkungan perangkat Negara. Justru merupakan fenomena umum di berbagai korporasi atau perusahaan tempat kita bekerja. Mungkin juga terjadi di kantor Anda. Sekalipun demikian, bersyukur sekali jika staff Kepresidenan membaca tulisan ini juga. Barangkali saja, bisa menjadi tambahan masukan dari seorang rakyat Indonesia, untuk efektivitas kepemimpin Presidennya.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman 9 Oktober 2012
Leadership and Personnel Development Trainer

0 komentar:

Posting Komentar